


- Administrator
- 05 Sep, 2025
Mengaktualisasikan Keteladanan Nabi Muhammad SAW dalam Etos Akademik
Oleh Dr. Rimun Wibowo, S.P., M.Si. Wakil Dekan 3 Bidang Kemahasiswaaan, Alumni, Kerjasama dan Dakwah FTS UIKA
Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan yang dipersiapkan Allah SWT sejak awal kehidupannya untuk menjadi teladan bagi umat manusia. Sejak kecil beliau dihiasi dengan akhlak mulia (akhlaqul karimah), yang dirangkum dalam empat sifat utama: shiddiq (jujur), amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas), dan tabligh (menyampaikan kebenaran).
Pada usia 40 tahun, wahyu pertama turun dengan perintah Iqra’ (Bacalah!), menandai lahirnya peradaban ilmu pengetahuan. Dalam kurun waktu 23 tahun—13 tahun di Makkah dan 10 tahun di Madinah—Rasulullah SAW berhasil membangun peradaban agung yang adil, sejahtera, dan membawa rahmat bagi seluruh umat manusia. Allah menegaskan:
Dan tidaklah Kami mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk menjadi rahmat bagi semesta alam. (QS. Al-Anbiya: 107).
Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) Hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah. (QS. Al-Ahzab: 21).
Dakwah Nabi mengajarkan bahwa perubahan besar dibangun bertahap: memperkuat akidah, membentuk masyarakat berkarakter, lalu melahirkan peradaban berkeadilan. Pola ini sangat relevan bagi dunia akademik, di mana kampus bukan hanya tempat mencari ilmu, tetapi juga pusat pembentukan akhlak dan integritas.
Mengaktualisasikan empat sifat Nabi dalam etos akademik berarti:
- Shiddiq (Jujur): menegakkan integritas akademik, menjauhi plagiarisme.
- Amanah (Tanggung jawab): menunaikan kewajiban belajar-mengajar dengan sungguh-sungguh.
- Fathonah (Cerdas): berpikir kritis, analitis, dan kreatif.
- Tabligh (Menyampaikan kebenaran): membagikan ilmu melalui publikasi, diskusi, dan pengabdian masyarakat.
Sabda Nabi SAW menegaskan: ?Sampaikanlah dariku walau satu ayat. (HR. Bukhari). Prinsip ini mendorong dunia akademik untuk terus menyebarkan ilmu demi kemaslahatan umat.
Dengan demikian, meneladani Rasulullah SAW dalam etos akademik akan melahirkan generasi cendekia yang berilmu, berakhlak, dan mampu menghadirkan manfaat luas bagi masyarakat. Inilah wujud nyata dari misi Islam sebagai rahmatan lil alamin.